Selasa, 26 April 2011

Sausany: Goresan Pena

Sausany: Goresan Pena: "Ku adalah sebuah pena Yang menuliskan sebuah cerita Tentang sebuah perjalanan Belalu tanpa dugaan Dan waktu terus berjalan Menghadirkan b..."

Rabu, 06 April 2011

Kota Tua & Magic


Hari itu adalah hari yang sangat membahagiakan bagi ku dalam sejarah pendidikan ku, dan tanpa di duga ku mendapat predikat siswa terbaik se-angkatan ku dan kebahagiaan ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang tua, keluarga dan teman-teman ku. Dan orang tua ku telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk kelanjutan pendikan selanjutnya, namun belum ku ketahui di mana ibu telah mendaftarkan ku beberapa waktu yang lalu  seperti janji orang tua ku akan memasukkan ku ke perguruan yang mungkina baik menurut mereka tuk ku di kemudian hari,ku yakin itu.
Sesuai dengan yang telah di rencanakan, setelah menyelesaikan pendidikan di kota ini kami sekeluarga akan berpindah kekota yang mana lebih dekat dengan tempat ku kan melanjutkan pendidikan. Kebetulan kota itu adalah kota kelahiran ku dan juga Tomi, kakak ku dan merupakan kampung halaman dimana semua nya berkumpul di sana. Kota ini adalah kota misteri yang memberikan ku bebagai macam tanya yang tak dapat ku ungkap, setelah beberapa kejadian yang menimpaku orang tuaku memutuskan untuk pindah ke kota yang lebih jauh dari tempat itu dan sesuai juga dengan saran dokter keluarga besar ku dan psikolog yang menangani masalah ku di kala itu.s
Dahulu ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, ku pernah mengalami kejadian yang sangat mengganggu hingga berpengaruh pada pendidikan ku dengan hadir nya sosok yang tak jelas di mimpi hingga di suatu hari ku terbangun dan keluar rumah tanpa di sadari, sedangkan semua pintu terkunci dan kunci nya di sengaja disimpan orang tua ku. Sejak saat itulah ku selalu mengalami gangguan tidur hingga ku sering terbangun di tengah malam. Padahal tidak ada beban dalam diri ku yang sekiranya dapat mengganggu fikiran dan diriku sendiri.
Lalu suatu hari, dikala itu tepat pada jam 12:30 pm dengan tanpa sengaja ku mendengar pembicaraan orang tua ku dengan kakek ku dan seseorang yang tak ku kenal di saat ku baru pulang dari sekolah. Dan dari pembicaraan itu ku mengutip suatu kata bahwa “ku telah ditakdirkan” tapi entah di takdirkan untuk apa.
“Hei!! Gak baik nguping pembicaraan orang”
Tomy mengagetkan dan ku tak dapat mendengar pembicaraan terkait dengan peristiwa-peristiwa yang telah ku alami. Akan tetapi setelah ia membawaku bermain, ia pergi entah kemana,,
“Kak… kak Tomy…… kemana sih?”
Lalu ku menemui nya dan menanyakan perihal mengapa ia meniggalkan ku ketika permainan baru di mulai tadinya.
“loh, kapan kita main? Kakak ja baru pulang neh”
Ia malah seperti tidak pernah mengagetkan ku hingga mengajak ku bermain, ia menolak parnyataan ku barusan. Ku mulai di bayang-bayangi oleh tanda Tanya, tapi ku berusaha untuk tidak memikirkan apa yang menurutku tak biasa di terima oleh akal ku, dan selalu berfikir kearah yang lebih positif dan menganggap itu hal yang tidaklah penting. Dan terkadang entah karena hal apa ku dapat berfikir dewasa lebih dari abang ku sendiri yang terpaut umur lebih tua 3 tahun lebih tua dari ku.
Akan tetapi orang tua ku benar-benar khawatir melihat keadaan ku yang selalu mengalami gangguan di tengah malam, dan pada akhirnya kami pindah jauh dari kota kelahiran ku itu Workington.
Setelah pindah ke Brittania Raya, semua normal kembali, entah apa yang melatar belakangi semua itu, dan ada apa di tanah kelahiran ku itu. Ku pun menjalani hidup dengan baik di sana di kelilingi orang-orang yang begitu baik dan teman-teman yang amat menyenangkan. Hidup di sini memang membuatku hampir lupa dengan kota kelahiran sekaligus kampung halaman yang besar  “Workington”.
Tibalah saat nya ku berkemas tuk kembali ke tanah bermisteri bagi ku itu dengan berbagai sambutan dari orang-orang yang telah ku tinggalkan selama 6 tahun. Tanpa ku rencanakan, ku menanyakan sesuatu perihal keberangkatan ini pada ayah n ibu; “ibu, kenapa kita harus pindah? Bukan nya hidup disini lebih baik bu?” Tanya ku.
“memang demikian, tapi apakah kamu tidak ingin menemui orang yang merindukan akan hadirmu, yang telah kita tinggalkan dalam waktu lama ini?”
“ya bukan nya begitu bu, bagaimana dengan peristiwa beberapa tahun yang lalu terulang kembali?” Tanya ku lagi.
“semuanya pasti dapat kamu atasi Sha… mengingat kamu telah dewasa, jadi kami rasa semua itu dapat kamu lalui nak”
“kami,, maksud ibu apa?” Tanya ku benar-benar tak mengerti dengan pernyataan itu.
“sudahlah, kamu juga akan tahu nanti Sha, dan dengan melanjutkan pendidikan di Magic World, kamu pasti biasa. Dan tidak sembarang orang yang bias merasakan pendidikan di sana”
Mendengar pernyataan ibu barusan, ku langsung terdiam dan benar-benar tak menduga ku kan melanjutkan pendidikan di sana di tanah Carlislie. Setahu ku lembaga itu adalah tempat orang-orang yang ingin mendalami ilmu magic yang tak dapat terukur oleh seseorang, bahkan kekuatan seseorang yang benar-benar memahami dan menjiwai ilmu itu dapat memiliki kekuatan dan kemampuan yang luar biasa, tapi ku tak memiliki kemampuan apa-apa selama ini. Ku tak dapat berkata apa-apa, tapi bukan berarti ku senang ataupun setuju dengan pilihan ini. Namun jika ini  adalah yang terbaik menurut mereka, kenapa tidak untuk ku mencoba dan menjalaninya selagi ku masih sanggup. Selang tertegunnya aku, ibu telah selesai mengemasi barang dua tas besar yang telah ku persiapkan sebelum nya, pindah kali ini seperti tak akan kembali lagi, padahal ku merasa nyaman tuk tinggal di Britania ini.
“Hey…! Ngapain ngelamun gitu!” Tomy membuyarkan lamunan ku.
“ye.. dasar orang usil suka gangguin aja.. mentang-mentang mau ketemu sama temen lama sampe segitu kali seneng nya”
“hm… kenapa emang nya?” sahut nya berlagak sombong.
Semuanya hampir siap.
“Shayne, ada temen kamu nih datang” ayah memanggil ku yang tengah memasukkan barang-barang yang akan di bawa ke dalam mobil.
“siapa ayah?” tanpa menunggu jawaban dari ayah, langsung saja ku bergegas ke ruang depan menuju halaman dimana ternyata sahabat ku tengah menunggu. Ku persilahkan mereka masuk, tampak nya mereka bersama seseorang dan ia guru baru yang pernah ku tabrak dengan sepeda motor ku beberapa waktu yang lalu ketika medung mulai menyelimuti angkasa di musim hujan kali ini, untung nya tidak cidera begitu parah dan sepertinya kondisi nya sekarang sudah kembali seperti sedia kala, ku juga pernah jengkel terhadap nya karena menguncikan ku di luar kelas hanya karena terlambat beberapa menit.
Suasana haru akan perpisahan ini betu-betul terasa oleh ku hingga tak dapat membendung deraian air mata perpisahan ini. Ku peluk erat kelima sahabat karib ku dan teman-teman ikut datang bersama mereka. Ku tak menduga mereka mengetahui akan hal ini, sebab ku tak pernah mengatakan di mana ku kan melanjutkan pendidikan setelah SMA ini.
“Sha, kenapa sih kamu gak bilang kalo kamu akan pindah ke luar kota? Coba aja kamu bilang, pasti kita bikin acara perpisahan. Untung saja Tomy kasi tahu  pak guru” Jelas Tania.
“ya sebenarnya ku ingin menelpon saja tuk mengbari kalian semua”. Jelas ku.
Hm.. pak guru ku yang satu ini terkadang membuat kami jengkel, kini dapat mempertemukan kami, kadang ia begitu baik dan terkadang menyebalkan. Ku hanya dapat tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada nya, tak lupa untuk jasanya selama menjadi guru ku.
“Pak guru, maafin Sha ya,, selama ini telah banyak menyusahkan bapak.. tapi Sha seneng banget bisa belajar di bawah bimbingan bapak selama ini, dan maaf soal Sha yang pernah nabrak bapak di parkiran waktu itu”
“hm,,, sudah berapa kali kamu minta maaf sama saya? Bukan kah saya telah memaafkan kamu sebelum nya tuk masalah yang sama?”. Jelas pak Marcel, guru cakep ku.
Tanpa ku sadari, ayah, ibu dan kakak ku ikut berkumpul bersama kami. Setelah beberapa selang waktu menit demi menit nya berlalu, tanpa tersa tiba saat  nya kami sekeluarga tuk bersiap-siap ke bandara.. Kami berangkat dan mereka menyempatkan diri tuk mengantarkan ku beserta keluarga menuju bandara sore itu juga.
Sungguh sangat berkesan di hati ku, dan di waktu yang sempit itu guru ku Pak Marcell menyisip kan sesuatu di ransel ku tanpa sepengetahuan ku mungkin menurut nya. Dan ternyata ku melihat nya, entah apa itu.
Lambaian tangan kulihat dan perlahan menghilang setelah salam, pesan, harap dan semangat perjuangan serta suasana sendu itu sebelum meninggalkan mereka. Dan akhir nya ku harus membiasakan diri untuk menjalani hari-hari tanpa mereka lagi dengan harapan ku menemukan teman serta sahabat sepreti mereka lagi di kota lama Workington yang pernah ku tinggalkan dan kini ku kembali.
Duduk di samping kakak ku dan bersandar di bahu nya sedikit dapat memberi rasa tenang di hati ku sambil mengingat masa-masa indah bersama teman-teman yang baru saja ku tinggalkan. Belum pudar rasa nya tentang kejadian-kejadian itu sejak ku berpindah ke kota yang kini berada di bawah pesawat yang ku tumpangi. Joni adalah teman ku yang baik sejak ku masuk di SMP hingga SMA pun kami ternyata masih bersama-sama di sekolah yang sama dengan persahabatan yang amat baik menurut ku. Masih teringat ketika kami berada di kebun ayah nya yang terletak di suatu desa saat liburan semester satu di kaki bukit tepat nya di pinggir sungai kecil dengan mengendarai sepeda kami terjatuh ke dalam nya. Saat-saat yang begitu indah bersama sahabat-sahabat di setiap ulang tahun, ada-ada saja ulah dan kejahilan yang menimpa yang berulang tahun. Benar-benar tak terlupaka, apalagi kenangan bersama guru baru kami pak Marcell. Hmm… tak dapat ku lupakan masa-masa indah itu dan ku terlelap di bahu Tomy kakak ku.

*****
Ada seseorang mengikuti ku dari belakang, entah laki-laki atau perempuan dan tak jelas apa maksud nya. Ku berjalan di lorong itu dan agak mempercepat langkah ku agar jauh dari orang itu dengan hati yang terasa semakinn cemas dan nafas ku yang mulai mendesak ku percepat langkah kaki ku terus dan terus. Hempasan pelan angin menerpa di helaian poni ku dan geraian rambut ku yang terikat seperti meminta ku untuk lari saja tanpa harus perfikir terlalu panjang, langsung saja kaki ku melangkah dengan cepat dan di persimpangan lorong, ku bingung ingin berlari kearah mana lagi. Tiba-tiba saja ada yang menarik tangan ku dengan cepat dan ia membantu ku berlari terus dan terus tanpa henti hingga ku merasa kelelahan sekali, kaki ku tersangkut di akar pohon ketika kami berlari ke hutan nan begitu hijau. Ketika ia membantu ku berdiri, seseorang memukul nya dari belakang dan ku berteriak seraya mendorong nya. Jubah dan penutup muka yang ia kenakan begitu lembut dan ku dapat merasakan kelembutan nya begitu dalam, ku kira ia adalah laki-laki sesuai dengan tangan nya yang tersa besar dan ketika ku terjatuh di dadanya yang kekar dapat ku pastikan bahwa di adalah laki-laki.
Ku lihat orang yang hendak memukul nya berlari dan kemudian datang dua orang dengan wajah yang sangar hendak menyerang kami lalu memukul laki-laki yang tak ku kenal itu di pukul oleh orang yang hendak menyerang kami hingga ku terlerlempar dan jatuh kejurang yang amat dalam dan tersangkut ku di dahan yang berada tepat di tengah-tengah lereng jurang menghadap ke jurang, ternyata ku masih beruntung dan seseorang mengulurkan tangan nya padaku, dia laki-laki yang menolong ku tadi. Entah bagaimana cara nya ia selamat dari orang yang hendak menyelakai kami, sepertinya kondisi nya baik-baik saja dan membawa ku naik kembali ke tebing dengan menggendong ku di punggung nya, sekali loncatan saja langsung sampai di atas tebing.
“Shane…Shane… hei!! Bangun, kita sudah sampai nie di Workington..” langsung tersentak ku dari tidur ku yang baru saja menghadirkan bunga pertualangan, untung saja ini hanya mimpi tapi siapa laki-laki yang membantu ku menjadi tanda tanya baru bagi ku akan kehadiran penolong dalam mimpi ku.
Suasana bising sekali, kami semua langsung berangkat sebelum nya menunggu ayah dan ibu yang sedang mengambil barang bawaan kami dan langsung berangkat menuju rumah yang pernah di tinggalkan beberapa tahun yang lalu. Jauh juga ternyata perjalanan menuju rumah, yang kini entah bagaimana bentuk rupanya dan entah ada yang membersihkan nya atau tidak ku juga tidak tahu…
Ku nikmati perjalanan yang panjang ini decanda tawa bersama mereka yang ku sayangi dan entah seberapa jauh lagi perjalanan ini sampai pada tujuan dengan mobil jemputan yang tadi nya menanti kedatangan kami. Hampir sepanjang jalan ku melihat bangunan yang telah di diami penduduk, tak seperti dahulu yang sepi, lampu-lampu penerang jalan di kala malam telah menyala menghiasi gelapnya malam. Tak  bisa menikmati pemandangan indah yang biasanya dapat ku nikmati seperti saat keberangkatan menuju Britania dahulu.
Akhir nya sampai tujuan tapi berbeda semua nya, tak seperti dahulu lagi. Bentuk bangunan telah berubah, sepertinya rumah induk telah di gabungkan dengan rumah ku di masa kecil yang di hiasi lampu penerang yang menghiasi rumah tua ini.
Sampai di halaman depan rumah yang kini berubah seperti gedung yang cukup tua yang berdiri kokoh, didepannya telah ada yang menunggu,ada kakek bersama nenek ku, ada keluarga adik dan kakak ayah ku yang begitu ramai, ada yang tak ku kenali karena banyak nya wajah baru yang mungkin kan ku kenal jua akhir nya. mereka menyambut kedatangan kami dengan baik dan dengan pelukan hangat kelurga besar yang tlah lama tak ku rasakan.
“Selamat datang di rumah baru anak dan cucu ku…”
Sambut kakek ku yang sudah tua namun masih tampak kuat tak lupa memelukku seperti dulu.
Kami di antarkan ke kamar masing-masing untuk beristirahat sebelum dinner nanti malam, tapi ayah dan ibu tidak langsung ke kamar nya, seperti nya ada yang hendak di perbincangkan. Hmm.. kamar ku cukup besar dengan fasilitas yang sesuai dengan selera ku, meski rumah ini tampak sedikit antic tapi lumayan.
Dinner bersama untuk kali pertama setelah kedatangan ku terasa berbeda, dengan baju berwarna putih dengan bawahan berwarna biru ku turun bersama ibu. Semua telah menunggu dan hanya tinggal kursi untukku dan ibu tepat di samping kakek ku seperti semua nya telah di atur sedemikian rupa. Ketika makan penutup di hidangkan barulah kakek memulai pembicaraan tentang berbagai persoalan dan perencanaan dan tak tertinggal tentang ku dan Tomy kakak ku.
“Sha, kamu harus mempersiapkan diri untuk ke magic world 3 hari lagi, dan berlatih lah sebelumm masuk ke sana”
“maksud kakek?” tanya ku kurang mengerti, masa baru saja ku ada di rumah inii seakan tak boleh tinggal lebih lama lagi di rumah ini, sedih juga rasa nya. Tapi mesti di mengerti saja keadaan ini.
“ya, nanti akan ada orang yang kan mengajari mu” ku semakin kurang mengerti, memangnya seberapa mengerikannya magic world itu. Ku tak begitu peduli dengan semua itu, yang jelas ku harus mencoba jika itu menurut mereka jalan yang terbaik, berarti mereka menganggap ku sanggup tuk menjalani semua halangan dan rintangan di sana.
Hari pertama latihan ku di halaman belakang dan hanya ada pengantar materi dan segala macam gambaran di sana hingga ku makin tuk tetep mengikuti keinginan orang tua dan pada umum nya keluarga besar ku, menempuh pendidikan di sini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi keluarga yang di beri kesempatan pada generasi mereka mengenyam pendidikan di sana, ku sebenarnya juga belum tahu mengapa hanya aku yang di pilih sedangkan masih banyak saudara ku yang lain selain kakak ku untuk bersekolah di sana dan ini masih menjadi tanda tanya bagi ku.
Malam itu ku terbangun dan ada sesuatu yang seperti nya hampir terlewatkan oleh ku, sesuatu yang di selipkan pak guru muda ku Marcel. Ku buka tas tepat dimana ia menyelipkan sesuatu itu. Ku temukan secarik kertas yang di letakkan di dalam amplop putih.

Selamat sukses Shane,
Selalu berhati-hati di masa mendatang ini,
Akan ada hal-hal yang berada jauh dari dugaan akan kamu lewati nanti.
Dan sampai jumpa lagi…

                       
                                Marcel

Begitu singkat rangkaian kata yang tertulis dalam secarik kertas yang tertulis dengan begitu rapi. Pasti ada makna di balik tulisan ini…
Hari-hari menuju ke magic world semakin dekat, ku di hadapkan dengan berbagai macam ujian kelayakan dan pada latihan di hari terakhir, ku merasa aneh dengan diri ku sendiri dan entah mengapa ku biasa menghadapi musuh yang benar-benar mengeluarkan tenaga nya dengan begitu nyata dapat ku kalahkan. Semua anggota keluarga melihat nya dan seakan tak percaya diriku semua itu, ku lihat betul-betuk tangan ku yang tak peernah mengeluarkan cahaya bagai api berwarna biru. Ku sendiri merasa ngeri akan hal itu, menyerang semua musuh semu yang mengintai dengan siaga, ku lemparkan api-api di tangan ini pada mereka dan untung nya musuh yang ku hadapi itu bukan manusia dan bila hal itu terjadi, berarti ku telah membunuh untuk pertama kali nya. Guru pelatih hanya melihat dan mengawasi ku dengan apik.
Sore mulai menjelang di Workington,,
“Shane”
Sapa Willy saudara sepupu laki-laki ku dahulu yang sempat menjadi teman baik di  masa kecil dahulu.
“ya…” Willy tersenyum dan duduk di samping  ku. Di bawah pohon rindang di belakang rumah tua tepatnya di tepi tebing tinggi, tempat di mana matahari melambaikan tangannya penutup hari tiba.
“ngapain sendirian di sini Sha? Kan bias ngumpul bareng saudara yang lain di dalam sana” Tanya Willy minta penjelasan ku.
“entah lah Will, ku ingin duduk di sini saja saat ini, ku merasa lain dari yang lain yang dapat hidup normal dan tak bebeda seperti ku, terkadang ku benci pada diri ku sendiri yang selalu saja di perlakukan berbeda dari yang lain, seperti ku bukalah bagian dari keluarga ini, ku kadang berfikir tuk mengakhiri semua, tapi tahi ku tetap mencoba tuk tegar dan sabar tuk semua ini, ku selalu menguat kan keyakinan bahwa di balik semua ini pasti ada makna yang tersembunyi”
Jelas ku dengan nada sendu.
“Sudahlah Sha, gak ada yang beda dalam keluarga ini, kamu adalah bagian yang sangat barharga dari keluarga ini, dan kamu adalah harapan kami, tentu nya untuk masa mendatang dan kamu harus di latih untuk menghadapi masa mendatang ini, yang takdapat kita duga. Kakek memperlakukan mu seperti itu setelah ada penjelasan kakek pada kami semua, dan tak ada kesalah pahaman di antara kita semua nya, kamu harus yakin akan hal itu, karena kamu adalah harapan kami kedepannya, ku menyadarai akan hal itu”
“apakah kamu yakin akan hal itu?”
“ya tentu saja” ia tersenyum selalu
Mendengar pengukuhan itu member rasa penguat tersendiri di dalam diri ku, dan menguatkan tekat ku tuk melanjutkan rencana ini.
“O ya Sha, sebelum pagi esok menjelang, ku pengen ngajak kamu jalan berkeliling di Workington, mungkin gak semuanya bisa kita kunjungi, tapi setidak nya ada kenangan sebelum kepergian mu kali ini”.
Ku mengiyakan tawaran Willy, berkeliling bersama diri nya mengendarai mobilnya, seperti nya akan sangan nyaman perjalanan kali ini, dengna mobil nya yang mewah,, akan membiarkan angin membelai rambut hitam ku, akan menyenangkan setelah beberapa hari terakhir ini fikiran tegang tak karuan. Langsung saja kami berangkat dan memulai cerita.
“Sha, tau gak…?”
“Ya… apa?”
 “Selama kamu pergi ke Britania, ku selalu mengunjungi tempat dimana kita dulu sering berjalan bersama di sore hari menjelang senja, melihat sunset yang indah di ufuk barat.. kalaulah ku tuliskan,,, takkan cukup setahun untuk menuliskan semua kenangan dahulu”
“o ya.. sudah lama rasa nya tidak mengunjungi pohon perjanjian” tutur ku mendalam.
“masih ingat janji itu?” Tanya nya.
 “ya tentu saja, mengapa tidak, dan hari ini sebuah janji akan terpenuhi bukan?”
Ku tersenyum melihat diri nya, yang jauh berbeda dari yang ku kenal dahulu, yang cupu dengan gigi kawat nya.
“Ya tentu saja… Sha, adakah janji di hari ini?”
“Oh? Tentu saja...”
Mengikuti liku-liku jalanan dengan begitu nyaman nya dengan hembusan angin sore ini menghapus penat ku.
Setelah lama berkeliling dan meliha-lihat banyak tempat yang biasa nya ku kunjungi, bersama willy memang menyenangkan hati ku, teman karib, saudara, sahabat, menjadi satu dalam diri nya yang memberiku tenang. Di akhir perjalanan hendak pulang tentu tak kan lupa tuk singgah di pohon perjajian yang kini tentunya sudah tumbuh besar dan mulai tua.
Mobil berhenti tepat di bawah rindang nya sang paru-paru dunia, pemberi oksigen tuk sekalian makhluk hidup di sekitarnya. Willy turun dan membukakan pintu tuk ku. Langsung beranjak dan alangkah senang nya hati melihat tempat yang kini masih sepertii dahulu begitu indah dan meneduhkan di tepi jurang nan landai menghijau dan bergoyang di tiup sang nafas dunia, sungguh indah sambil menanti tenggelam nya sang mentari.
“willy, seberapa sering kamu ke sini?”
Tanya ku  sambil duduk di sampingnya menikmati indahnya sunset nan menawan, entah ini kali terakhir ku melihat nya bersama Willy, dan entah hanya kali ini ku kan bersamanya, dan mereka yang ku cinta sebelum semuanya akan berlalu perlahan dan tak dapat terulang kembali, atau mungkin saja di waktu yang berbeda.
“ku sering kesini sendiri dan terkadang angan ikut menyertai ku, ketika ingatan menyerukan nama mu” sambil tersenyum.
“hmm,,,,,, Willy………” ku hanya memanggil dan diam, ia memandangi ku hanya tersenyu dan entah ada desiran, ada rasa takut di hati ku.
“Shane,, ku ingin sebelum pulang, kita berjanji di sini, bahwa kita akan bertemu kembali di sini apapun kisah yang telah di tuliskan, ku harap bahagia ataupun derita dan hal apapun yang tak dapat kita duga, kita akan bertemu kembali di sini”. Ia tampak serius dari tatapan matanya, ada sesuatu yang tersirat di sana sambil memegang erat tangan ku di detik-detik terakhir matahari hendak tenggelam. Ku hanya mengangguk tanpa berbicara padanya sepatah kata pun sembari tersenyum hendak membiaskan rasa yang terasa sedikit menegangkan, seakan ku kan pergi tuk selamanya saja, atau menjadi seseorang yang tak lagi menjadi bagian dari garis keluarga, semua terlintas begitu saja.
Pulang dengan segenap janji, menikmati indah malam dengan jutaan bintang di malam yang seakan penuh kecerahan. Sampai di rumah ayah langsung memanggil ku. Ternyata mereka begitu mencemaskan ku, ibu yang seketika itu juga berdirii di depan rumah di samping ayah langsung  memelukku.
“ada apa bu? Ibu sedih?”
“tidak apa-apa nak, kami menghawatirkan mu saja, mengapa tidak bilang dulu kalau kamu jalan sama Willy, lain kali bilang-bilang kalau mau kemana-mana, biar kami tidak jadi terlalu khawatir, biar pun itu pergi sebentar keluar rumah” Wajah cemas tampak jelas di raut wajahnya.
Ibu memintaku tuk bersiap-siap dinner sebentar lagi, dan mengantar langsung ke kamar ku, seperti nya ada yang hendak di sampaikan, ibu langsung memelukku dan tanpa banyak bicara ibu meniggalkan ku dan berpesan agar segera bersiap-siap.
Malam ini adalah dinner terakhir kali nya bagi ku bersama keluarga tersayang yang sangat berat tuk ku tinggal kan beberapa tahun kedepan dan entah kapan tahun nan diharapkan secepat nya berakhir itu kan berlalu dengan segera.
“Shane, setelah diner ini kamu jangan pergi dan tetap di tempat duduk mu”
“baik kek” jawab ku. Ku tak tahu apa yang kan di tanyakan atau di jelaskan oleh kakek ku, namun ku yakin ini pasti ada kaitan  nya dengan keberangkatan ku ke magic world esok atau bisa saja sebentar lagi, sesuai dengan apa yang di katakan oleh guru yang mengajari ku 3 hari ini. Semua nya telah beranjak dari tempat duduk mereka masing-masing begitu juga dengan ayah dan ibu serta kakak ku, pergi berlalu sesuai dengan permintaan kakek, ku tetap di tempat dudukku.
“Shane, ikut kakek” ku hanya mengikuti intruksi dari kakek dan tak ingin membuat kesalahan sedikitpun. Menaiki tangga dan memasuki beberapa pintu  kemudian menaiki tangga lagi hingga ku merasa lelah dengan perjalanan   yang sebenarnya tidak lah perjalanan yang jauh melainkan hanya berjalan di dalam rumah yang tak ku sangka memiliki banyak pintu, ku sendiri tak pernah menjelajahi seisi rumah. Sampailah ku di sebuah ruangan yang rasa sudah sangat tinggi tempat nya dari lantai dasar.
Sebuah ruangan penuh dengan peralatan yang entah apa kegunaan nya  serta jejeran lemari antik seakan sudah tua sekali, namun tetap berdiri dengan kokoh nya. Ada seperangkan krsi beserta meja seperti tempat pertemuan yang telah di susun  melingkar, kakek mempersilahkan ku untuk duduk di samping nya dan ia duduk di salah satu kursi utama sebelah utara setalah sebelum nya mengambil sebuah kotak yang dari dalam lemari yang paling besar. Ku jadi ingat akan sesuatu menyangkut ruangan ini, seakan pernah ku melihat  nya beberapa tahun yang silam ketika ku menguping pembicaraan kakek bersama orang tua ku dan yang belum terlupakan tentang suatu kalimat “ku telah di takdirkan”.
“Shane.. kamu tidak boleh lengah, cukup itu untuk terakhir kalinya bagi mu ku lihat, karena jika kamu lengah dan kamu belum punya cukup kesiapan serta kematangan kamu akan kalah”. Kakek membuat buyar ingatanku akan masa-masa dahulu itu.
“Tahukah kamu Sha? Mengapa kamu harus menjalani ini semua?”
“tidak kek, Sha hanya menuruti keinginan ayah dan ibu beserta keluarga, Sha juga sebenar nya gak enak sama saudara yang lain, karena di perlakukan sedemikian rupa, Sha takut kalau saja ada yang merasa ada pilih kasih di antara kami semua”. Jelas ku pada kakek, karena ku takut akan adanya yang berkecil hati di kemudian hari, walau ini juga ku rasa berat untuk ku  jalani, namun ku tetap mencoba. Bagi ku, sesuatu yang belum kita mencobanya namun kita telah menyerah sama saja gagal.
“tidak, mereka semua telah tahu akan semua nya sebelum kedatangan mu. Kami telah membicarakan hal ini jauh-jauh hari. Dan telah ku uji kelayakan mereka semua nya, tapi saudara-saudara mu itu tidak menyanggupi nya bahkan sebelum ku menawarkan kepada mereka. Sha, kmu jangan khawatir karena semua telah di rencanakan dengan sebaik-baik nya dan tak ada yang merasa di beda-bedakan” Dengan penjelasan kakek ku merasa sedikit lega, meskipun hanya sedikit.
“Sha, kamu adalah cucu yang kakek harapkan. Ada yang ingin sedikit kakek ceritakan pada mu terkait apa yang terjadi di hari ini dan mengingat takdir mu saat ini” ku berusaha untuk mengerti walau sebenar nya tak tahu banyak tentang hal ini.
“dahulu, ketika kakek seusia mu kakek juga mengalami hal-hal yang janggal di masa kecil hampir sama persis dengan mu hanya di bedakan oleh waktu dan beberapa hal kecil lain nya. Waktu itu  kakek dari kakek juga melakukan hal yang sama seperti yang kamu alami saat ini, lalu kakek di antarkan ke sebuah yayasan kecil yang awal nya bernama Magic setelah kemudian di ubah menjadi Magic World yang juga kamu akan mengenyam pendidikan di sana. Semua nya terasa berat karena tak ada pelatihan seperti yang kamu jalani beberapa hari di sini. Semua berawal ketika kakek buyut mu masih muda ia pernah membunuh seorang Pangeran Draculla yang haus darah dan pembunuhan dengan kekejaman dan tak memiliki sikap manusiawi dan mencoba menguasai daerah kekuasaan di tanah kita, kaum mereka sangat marah dan bersumpah akan membunuh manusia yang segaris keturunan kakek buyut mu yang berarti kita semua dan menguasai dunia dan itu semua akan menjadi sebuah hayalan belaka jika kamu berhasil. Kekek buyut mu pernah mengatakan bahwa akan ada seorang anak dari keluarga ini yang berbeda dari utusan sebelum nya, dan dia itu adalah diri mu yang akan berjuang menyelamatkan semua nya sebelum lahir seorang dracull yang terlahir dan akan menjadi lawan kita nantinya. Kakek yakin kamu bisa!”
Begitu panjang penjelasan kakek dengan sejarah-sejarah yang semasa dahulu yang ku coba tuk mengerti akan semua kejadian itu. Ku juga sebelum nya pernah membaca buku yang berkaitan dengan draculla seorang Hunter yang menakutkan, ku kira itu hanya suatu hayalan belaka, semua itu kini nyata dan berkaitan erat sejarah nya dengan keluargaini, ada rasa ngeri mengingat cerita yang pernah ku baca, banyak cerita yang menyangkut mereka dengan berbagai versi dan  kini seperti nya ku menjadi bagian dari cerita itu.
Yang membuat ku ingin tahu sekali bahwa yang akan datang nanti adalah seorang generasi Dracula yang harus di basmi agar tumbuh kedamaian di dunia, meskipun Dracula yang pertama telah tiada, tetapi generasi nya pasti telah terasut oleh kejahatan dan sifat iblis dalam dirinya sebagaimana pendahulunya, bagaimana cara untuk membasmi nya…
“Sha… sekarang saat nya kamu berangkat untuk menuntuk ilmu dan jangan di sia-siakan kesempatan ini, kamii semua bergantung pada mu” namun ku yakin ini hanya cara kakek agar ku berusaha keras mencapai kesempurnaan ilmu yang sebenar nya.
“Jadi sha berangakat sekarang kek?”
“ya tentu saja… Karena untuk menuju ke tempat itu tidak mudah, berpamitanlah pada ayah ibu dan semua nya, kakek menunggu di sini jangan berlama-lama”
Dengan sedikit mengangguk ku langsung saja turun menuju ruang keluarga yang sekiranya mereka berkumpul di sana sebagian bersar nya begitu yang ada di dalam fikiran ku. Ternyata mereka memang sedang menunggu ku, dengan perlengkapan yang telah di siapkan dan entah kapan telah di persiapkan semua melihat ku dengan ekspresi yang berbeda, dengan berat hati ku tinggalkan mereka berharap dapat pulang sesuai dengan harapan mereka pada ku. Ku naiki tangga satu persatu perlahan hingga beberapa tangga ku lihat kembali mereka semua seperti betul-betul mengikhlaskan kepergian ku ini, dalam sejarah pengutusan ini setahu ku belum pernah dari kalangan perempuan dan apakah yang akan terjadi, ku di taklukkan ataukah mereka yang ku kalahkan. Ku kuatkan langkah ku tuk meninggalkan mereka semua nya tanpa ingin menoleh kebelakang lagi ku percepat langkah ku menaiki tangga dan kakek telah menunggu kedatangan ku.
“segeralah Shane,, jangan berlama-lama, malam ini adalah perjalanan yang panjang bagi mu” langsung saja ku ikuti kakek dan entah apa yang terjadi setelah memesuki pintu seperti gerbang besar itu entah bagaimana cara nya, ku bersama kakek telah berada di gerbang Magic world yang jauh dari bayangan ku semula. Seperti mimpi saja semua ini, tidak masuk akal rasa nya dan betu-betul suatu kejutan bagi ku. Semua serba kuno dan benar-benar kuno dari luar nya dan entah bagaimana di dalam nya. kakek memegang erat tangan ku dan membawa ku masuk menuju teras depan, ada seseorang yang menyambut kedatangan kami di sini, tampak akrab dengan kakek seperti sudah kenal lama.
“selamat datang Adler, ini kah cucu mu yang tengah di nanti-nanti itu?” langsung saja orang tua itu mengulurkan tangan nya pada ku sebagai ucapan selamat datang di tempat yang barangkali sulit bagi ku tuk menyesuaikan diri di sini tuk beberapa waktu kedepan. Dari sekian banyak siswa yang ku lihat,hanya beberapa  orang dari wanita, mereka  melihat ku dengan pandangan yang aneh dan terkesan seperti ada sesuatu yang aneh pada diri ku. Setelah itu kami pergi menuju tempat dimana pimpinan dari lembaga pendidikan ini Nerada dan memperkenalkan ku pada nya. Ia cukup ramah dan seperti nya lebih muda dari orang yang baru saja menyambut kedatangan kami, mempersilahkan kami untuk duduk dan berbincang-bincang sejenak dan memberikan arahan-arahan pada ku dan menyampaikan aturan yang harus di patuhi dan perempuan tidak mendapat membedaan yang begitu berbeda dengan kaum laki-laki. Perbincangan pun berlalu, ku di antarkan menuju kamar ku, dan di sanalah perpisahan ku dengan kakek. Ku berharap agar dapat segera pulang kembali bersama keluarga ku..
Hari pertama ku belajar di sini, semua berjalan seperti biasanya dan ku mendapatkan seorang teman baru bernama Cyrus dan Vierra. Kami mulai berbagi cerita tentang pengalaman masing-masing dan berbagai motivasi diri agar menjadi yang terbaik di sini dan tentu saja mereka tidak tahu status ku yang sebenarnya. Kami saling berbagi dan membantu ketika mengalami kendala dan yang parah nya lagi ketika senior tengah angkuh-angkuh nya dengan kedudukan mereka yang seakan lebih kuat, dan sebenar nya memang begitu nyatanya. Kalu saja mencoba melawan sekali saja akan mendapat ganjaran yang susah di lepaskan dari dalam diri yang mencoba melawan, dan pernah sekali ku ingin mencoba melawan mereka yang angkuh, namun Cyrus dan Vierra segera mencegah ku. Kalau tidak mungkin diriku yang sebenarnya mungkin akan segera mereka ketahui, karena apabila emosi ku tidak terkontrol dapat menghancurkan apapun bendanya yang ada di sekitar ku, bahkan bila ku mau dapat melempar mereka sejauh-jauhnya.
Sebulan telah berlalu, pimpinan yayasan memanggil ku dan entah ada masalah atau kesalahan apa yang telah ku lakukan selama berada di sini, karena amat jarang sekali ada peserta didik di sini mendapat panggilan dari pimpinan kecuali karena ada kesalahan besar yang di lakukan, semua nya heran ketika mendengar bahwa ku mendapat panggilan ketika ku sedang makan sian bersama Vierra di ruang makan kampus, Cyrus menyampaikan panggilan itu pada ku. Dari pada mengulur-ulur waktu, langsung saja ku bergegeas ke uangan sang pimpinan tanpa menghabiskan makan sang ku terlebihh dahulu. Sebenarnya ku merasa takut, walaupun ku pernah bertemu dengan nya sebelum ini.
Sampai di tangga terakhir menuju pintu ruangan sang pimpinan, ada yang membuatku enggan tuk melangkah lagi, akan tetapi tiba-tiba pintu terbuka dengan sendirinya dan sang pimpinan telah berdiri di tengah pintu.
“mengapa lama sekali?” tegur nya tuk pertama kali setelah mengagetkan ku
“maaf Master, saya tidak yakin tuk melangkah lebuh jauh” jelasku sedikit, walaupun itu bukan yang sebenar-benarnya.
“jangan khawatir, masih lama masa tuk menempuh ujian bersama saya, dan yang jelas saya hanya ingin menyampaikan sesuatu pada mu nak, kakek mu mengirimkan batu biru ini” sambil mengajakku duduk di kursi tamu dalam ruang kerja nya.
“banyak hal yang inginku ceritakan pada mu nak”
“apa saja itu Master?” tanya  ku
“yang pasti, akan engkau ketahui semuanya perlahan, dan yang pertama Shane harus benar-benar bisa menguasai ilmu-ilmu yang di pelajari di sini sebelum hari yang sangat  menentukan itu datang. Mungkin Adler kakek mu telah mengatakan nya pada mu bahwa yang kamu hadapi ini bukanlah lawan yang biasa, dan pangeran baru draculla yang kini telah beranjak dewasa seperti mu, namun ia tidak memangsa manusia dengan taringnya seperti yang pernah kamu dengar, namun ia adalah sosok manusia  pembunuh yang amat kejam dan akan menyiksa semua yang bukan menjadi golongan nya. Dialah dracullla yang sebenarnya, sedangkan yang menjadi penghisap darah adalah makhluk lain yang juga mengincar manusia, namun tak perlu begitu di khawatirkan lagi karena ku yakin kamu juga akan mengetahuinya. Cerita hari ini dan apa yang terjadi hari ini telah tertuliskan dengan rapi di sebuah buku besar yang telah di tuliskan dengan begitu teliti oleh pelopor yayasan ini”.
Dengan penjelasan sang pimpinan, ku merasa agak lega, bukan pemangsa yang dapat melahirkan generasi baru hanya dengan gigitan seperti yang pernah ku dengar, namun  dengan demikian, keyakinan ku data mengalahkan sang pembunuh menjadi bertambah kuat.
Lalu, yang menjadi sang pemangsa itu makluk apa lagi namanya?, atau keberadaannya telah punah? Banyak persepsi baru muncul di benakku saat itu, dan sang master langsung saja memberikan sebuah batu biru yang di sebut dengan batu mulia. Sebelum ku di persilahkan meninggalkan ruangannya, Master juga masih mengukuhkan penjelasannya tadi pada ku.
“jangan di fikirkan si penghisap darah, tapi fikirkanlah si pembunuh manusia yang kejam, ingat itu Sha..”
Dengan demikian semuanya makin jelas, ku berharap dapat menyelesaikan semuanya dengan baik.
Enam bulan setelah pemanggilan ku itu, tiba-tiba hujan dan petir besar menyambar-nyambar di sekalian alam. Baru ini ku rasakan kengerian yang tak baisanya terjadi selama ku berdiam di sini, semua berlarian entah hendak berlari kemana dan untuk apa, padahal semuanya berada di  tempat yang menurut ku sudah aman.
Tuba-tiba Master menghampiri ku, “Shane, mengapa masih di sini? Ayo berlindung “
Langsung saja ku mengikutinya, Cyrus dan Vierra entah dimana saat ini, ku berharap teman baik ku itu dalam keadaan baik-baik saja .
Sampailah ku di sebuah auditorium besar bersama Master, tampaknya semua sudah berkumpul dan bersiap siaga entah untuk apa, ku juga kurang mengerti dengan situasi yang seperti ini. Terus saja ku menggenggam batu biru pemberian kakek yang ku jadikan sebuah kalung.
Ruangan yang amat besar sekali berbentuk Bundaran yang di terangi oleh lampu dan obor yang berada di dinding batu yang tak seberapa jauh jarak nya menerangi ruangan yang besar ini, di atas nya terlihat amat lapang dan dapat di jadikan sebagai tempat untuk latihan/praktek magic yang mendukung, konstruksi bangunan nya sangat baik dan rapi. Tampaknya tempat ini dapat memuat semua orang yang ada di Magic World,  suasana yang bising dengan suara-suara yang seakan menanyakan jua akan keadaan yang sebenarnya seperti tanya di hati ku sedari tadi nya. Tampak dari seraut wajah mereka ekspresi yang seakan tak mengerti, ada yang tenang-tenang saja, dan ada pula yang sibuk mengekspresikan dirinya menyangkut peristiwa ini. Ku masih belum mengerti dengan semua ini hingga Master berbicara di atas mimbar yang terletak di depan ruangan dengan posisi yang lebih tinggi dan berwarna coklat tua, dan memegang pinggir mimbar menatap semua orang yang ada di sana yang sebelum nya ia menoleh kearah ku…
“semua warga magic world, hari ini adalah hari dimana semua yang ada di luar rencana tengah berlangsung di luar sana. Kita punya dua pilihan saat ini, yaitu diam tanpa suara dan membiarkan kekacauan yang di lakukan oleh si penghisap darah atau kita menghadang mereka dan pasti ada yang akan menjadi korban dan menjadi makhluk seperti mereka. Jika kalian memilih untuk menyerang, maka angkat semua tongkat dan bila berdiam di sini tidak perlu mengangkat tongkat senjata kalian.”
Tampak nya semua senjata di angkat dengan dengan keyakinan serta semangat yang ada, meskipun masih ada sedikit raut wajah khawatir pada diri mereka, namun ku yakin semuanya pasti bisa di tuntaskan atau setidak nya di hadapi. “Semua wanita tetap berada di dalam ruangan”, begitu pesan Master. Tapi ku tidak mungkin berdiam diri saja disini tanpa melakukan apapun, sedangkan ku adalah orang yang sebenarnya di tunggu-tunggu kedatangannya.
Ku mencari akal agar ku dapat keluar dari sana, dengan cara apa pun sebisa ku walau ini sebenar nya berbahaya mengingat ku tak pernah melakukan perperangan ataupun melakukan perlawanan yang bukanlah di rekayasa, sejenak berfikir,,ku ingat pakaian Cyrus yang mungkin bisa ku gunakan sementara waktu, meskipun tak dengan seizinnya. Langsung saja ku bergegas menuju pintu keluar yang ku lewati tadi setelah Master dan semua laki-laki mulai meninggalkan meninggalkan tempat ini, dengan diam-diam berharap tak ada yang tahu tindakan ku ini, terus ku berjalan menuju area asrama laki-laki, manelusuri tangga yang tinggi dan melewati lorong-lorong yang sepi seakan tak ada lagi penghuni.
Sampailah di depan kamas Cyrus, andaikan pitu kamarnya terkunci…apa yang kan ku lakukan lagi setelah itu?? Tanya di hati ku sejena sambil mengangkat tangan ku hendak menggenggam ganggangan pintu dan perlahan membuka nya. Tapi ternyata kecewa, pintu nya terkunci. Kecewanya aku dengan usaha yang baru saja ku mulai, teringat ketika ku pernah kehilangan kunci lemari ku di britania dulu.
Langsung saja ku tanggalkan jepitan kecil poni ku dan mencoba membuka pintu sebisaku dengan bermodalkan kawat penjepit rambut, ternyata berjalan dengan mulus. Pintu terbuka dan langsung saja ku mencari lemari milik nya, tapi entah yang mana, ada lima lemari untuk lima orang penghuni kamar.
Hatiku belum merasa tenang, debaran akan hal yang belum terbayangkan sama sekali yang jauh lebih berbahaya di luar sana terasa semakin kuat saja di dada, ku lihat sekitar ku.. ada sesuatu yang mengalihkan perhatian ku, dan ini dia yang ku cari, lemari Cyrus dan tak salah lagi,, ada foto dirinya bersama keluarganya di kaca lemari. Langsung saja tanpa berfikir lebih lama lagi ku buka laci pakaian miliknya dan mengenakan salah satu pakaian milik nya.
Ada seseuatu yang sedari tadi tak ku hiraukan tiba-tiba mencegat ku setelah ku menemukan baju Cyrus dan mengenakannya. Tepat wajah kuberada di depan wajahnya, seseorang yang berkulit putih, bermata biru seraya berkata “atas dasar apa kamu memberanikan diri untuk pergi keluar sana? Kamu yakin dengan kemenangan mu?” suara yang tak begitu asing bagiku dan ia menghilang. Nafas nya yang terasa hangat masih terasa menyapa di wajah ku dan seperti aroma lily, tapi ku tak begitu yakin, baru kali ini ku mendengar dan melihat seseorang dengan mata ku sendiri dan kemudian menghilang, seperti yang telah ku pelajari bahwa keahlian seperti itu hanya di miliki oleh orang yang memiliki kemampuan luar biasa dan telah menguasai bermacam ilmu dan mantra, atau bisa saja itu bukanlah manusia.
Dengan tidak begitu memikirkan kejadian itu, langsung saja ku turuni tangga dan dengan tongkat ku, entah dari mana dan bagaimana cara nya ku bisa melayang di udara, karena baru belajar seminggu yang lalu, ku tak begitu dapat menyeimbangkan diri, namun tetap berusaha dengan sebaik-baiknya itu lebih baik dari pada tidak mencoba. Ku teruskan menelusurui jalan keluar dan bersiap tuk menyerang, dan di tengah perjalanan dengan tiba-tiba saja kalung pemberian kakek memberi suatu tenaga yang begitu besar, alhasil,,, penampilan postur tubuh ku menjadi berubah menjadi sosok wanita dewasa dari diri ku yang tak dapat di terima oleh akal sehat. Benar-benar membantu di saat yang seperti ini. Sampai di gerbang Magic World ku langsung berhadapan dengan sang musuh yang tampak nya mengetahui akan kedatangan ku. Perseteruan semakin memanas, penyamaran ku menjadi seorang laki-laki tak dapat bertahan lama, hanya bertahan di sampai di gerbang magic world. Master melihat ku, namun seakan tak mengenalku dan itu tentu saja karena pengaruh dari kalung berbatu biru. Segera saja ku ayunkan tongkat yang telah berubah menjadi sentaja pamungkas, seperti bukan diriku yang sedang beraksi di sini, mereka terlempar jauh, namun kembali lagi dan berbalik memandangi seakan hendak menerkam saja, ada sedikit rasa tak yakin dalam diri ku andainnya mereka tak dapat ku kalahkan, apa yang kan terjadi? Bisa saja ku menjadi mangsa yang sangan menggugah selera mereka, di cuaca yang kelam ini keyakinkan diri bahwa semuanya bisa di hadapi dengan mudah. Master mendekat dan mengatur serangan bersama ku, belum seberapa kuat tenaga yang terkerahkan mereka seakan meredam amarah dan mengelilingi ku bersama Master.
Namun dengan secepat nya ku mengayunkan senjata kembali, mereka berhamburan kembali seakan mereka amatlah ringan dapat terlempar kapas yang berhamburan, kecuali seseorang yang tetap berdiri di sana tak jauh dari depan kami. “Ikuti aku Shane!!” master berseru pada ku dengan segera ku langsung saja ku ikuti dengan segera, master yang terbang melesat dengan cepat nya. Si pengahisap darah langsung terdiam dari tawanya dan mengejar.
Dengan berusaha secepatnya ku mendekati master.
“sudah ku duga, kau pasti tak kan mendengarkan perkataan ku Shane, namun dengan begitu ku harapkan semua nya dapat berjalan dengan lebih mudah”.
“maafkan saya master, saya hanya ingin mencoba memberikan yang terbaik tuk semua, agar tak sia-sia keberadaan Sha di sini” ku meminta maaf.
“sudalah, karena kamu sudah ada di sini, bantulah dengan sekuat tenaga mu, atau setidak nya sebisa mu saja”.
Sang penghisap semakin dekat dan akhir nya master dan aku berhenti di jembatan besar yang sekiranya telah jauh dari magic world. Sang penghisap masih mengejar dari hilir sungai dan berhenti tepat di depan kami berdua. Ia tertawa kembali memecah kesunyian dan sekelipan mata langsung berada di depan ku dengan mendekatkan wajah nya pada ku, ku merasa amat cemas bila apa yang ku fikirkan terjadi bila dia akan menggigit ku.
“Hey!!!! kamulah yang akan merebut anak ku dari ku, sekian lama ku menanti untuk bertemu dengan mu sesuai dengan yang telah di tuliskan oleh bebuyutan ku, bahwa akan ada manusia yang akan menjauhkan putra tunggalku dari dunia yang sebenarnya bukan milik nya, dan kau harus mati sebelum kau betul-betul bertemu dengan nya, atau kau harus sedarah dengan bangsa ku!”
Berdebar jantungku mendengar semua itu, seakan tak percaya, dan tentunya master juga telah mengetahui akan hal ini. Aku tidak boleh hanya diam saja, master langsung menarik selendang biru ku yang panjang, dengan sekali sentakannya saja ku langsung tertarik jauh dari draculla bertaring tajam itu.
Tragedy itupun berlalu tanpa di ketahui ujung nya bagaimana, namun ku yakin bahwa ini baru lah permulaan yang pasti akan terulang kembali…

****
Setahun tahun telah berlalu sudah semenjak kejadian penyerangan itu, meski tidak ada yang bisa di katakan kalah atau menang, pasti nya semua ini belum berlalu. Hari senin, ku mendapat panggilan dari Master entah ada gerangan apa.
Ku penuhi panggilan master pagi itu setelah jam pertama usai, ku ketuk pintu ruang kerja nya yang terbuka dan mempersilahkan ku masuk dan duduk di kursi tamu.
“Sha, apakah kamu tahu mengapa saya memanggil kamu saat ini?” ku hanya menggeleng, ini adalah kali pertama ku berbicara langsung pada master setelah tragedi penyerangan oleh hunter darah.
“Saya tidak tahu Master, dan saya sebenar nya juga sudah lama tidak dapat berbicara langsung pada master seperti sekarang ini, hanya bisa bertemu begitu saja”
“Ada beberapa hal yang ingin ku sampaikan pada mu, masih ingatkah dangan peristiwa besar dulu itu? Batu pemberian temurun keluarga mu tentu sangat berguna, dan pergunakanlah selalu untuk kebaikan, dan jangan sampai ada yang mengetahui kekuatannya, karena tak semua orang memiliki hati yang baik”.
Dan dari panggilan ku kali ini ada hal-hal penting yang di sampaikan master pada ku. Dan yang menyerang ketika itu adalah Vampir, dan dengan kehadiran ku dalam betempuran itu telah melahirkan peraturan dan segenap perjanjian aturan wilayah dan daerah larangan yang telah di sepakati bersama tanpa sepengetahuan ku dan baru saja master memberitahukan nya pada ku. Dan kini masalah baru akan menjelang takkan begitu lama lagi perjalanan pangeran Dracula akan samapai di gerbang dua dunia yang berbeda di sebelah barat laut, tentunya kedatangan mereka kali ini bukan lah untuk sebuah perjalanan biasa melainkan perperangan yang telah di ketahuijauh-jauh hari.
Magic world adalah gerbang dari segala penjuru yang selalu menjadi jalan keluar masuk menuju dunia manusia, dan apabila gerbang ini di kuasai oleh pihak yang sekiranya tak dapat menjaga perdamaian, akan terjadilah kekacauan dunia nantinya.
“lalu, kapan kah mereka akan tiba di gerbang ini master?”
“tentunya takkan lama lagi, kita harus terus bersiap siaga selalu sebelum hari itu datang dan semuanya harus di persiapkan sesempurna mungkin”.
Sejak pertemuan ku dengan master membuatku terus berfikir bagaimana strategi menghadapi tantangan ini, dan di pertengahan tahun ini ku mendapat giliran sebagaimana yang lain sebelumnya tuk berlibur dan berkumpul dengan segenap keluarga, dan takkan ku lewatkan begitu saja semua ini. Dengan berpamitan pada semua, langkahkan kaki menuju gerbang magic world pun di mulai, ada seseorang yang tengah berdiri di sana, seseorang mengenakan jubah coklat tak begitu gelap dan topi koboy tak begitu lebarterpasang lekat di kepalanya, ia terus melihat langkah kaki ku dan tas sekalipun ia menatapku.
Seiring dengan rasa penasaran di hati ku, ku hampiri dia pria yang misterius itu..
“ada yang bisa ku bantu?”
Di belum juga melihat berani menatap ku, ku ulangi lagi pertanyaan ku namun ia tetap saja diam, mungkin ia bisu atau ada apa dengan nya, ku ulurkan saja roti dan air minum dari setengah bekalku.
“maaf, saya hanya punya sedikit bekal dan mungkin anda membutuhkan nya” sambil mengulurkan makanan itu pada nya, ku terus berjalan dan memikirkan segala hal yang akan terjadi dan segenap rencana yang ada si benakku.

****

Tak membuat ku menunggu lama, Tomy menjemput dan menyapa dengan klaksonnya mengagetkan ku terlamun sejenak sambil bermain dengan pasir yang ku pijak. Sebelum pergi menjauh dari magic world ku mencoba menoleh sedikit ke belakang, dan laki-laki tadi yang ku temui tak terlihat lagi di sana.
“hey, ada apa?” Tomy menyapa ku dengan senyuman
“oh, gak apa-apa.. pastinya ku kan merindukan tempat ini, tapi ku lebih merindukan rumah dan seisinya, apakah semuanya dalam keadaan baik-baik saja?”
Tanya ku padanya
“hmmm… semua nya baik-baik aja, tenang aja deh, tapi willy melanjutkan kuliah nya di luar, dan sepertinya ia takkan pulang dalam waktu dekat ini. Kemaren di menelpon ku, dia titip salam buat mu”
Mendengar kabar dan keberadaan sahabat dan juga sepupuku itu ada rasa senang dan sedikit kecewa terasa dalam diri ku. Tapi ya sudahlah, yang penting ia meraih yang terbaik nanti nya di kemudian hari dan tentunya ku juga yang kan bangga padanya.
Akhirnya sampai juga di rumah, semua dalam keadaan baik-baik saja sepertinya, ku juga berharap demikian semulanya, acara makan malam berlalu dan begitu senangnya di dalam hati ku dapat merasakan kehangatan berkumpul bersama keluarga, saranya begitu indah tak dapat di gantikan hangatnya kebersamaan dengan mereka yang begitu ku sayangi, kakek dan nenek, ayah dan ibu, paman dan bibi, kakak ku, serta sepupu yang lain tampak begitu segar bugarnya mereka dalam pandangan ku kali ini,  entah diriku yang terlalu buruk keadaannya atau mataku yang sedikit mendapat gangguan.
Tapi ku teruskan tuk menikmati kebahagiaan bersama mereka, dan entah kapan lagi ku kan meresakan kebersamaan seperti ini lagi, entah kan bisa atau tidak ku bertemu lagi dengan mereka semu di lain waktu nanti nya.
Pagi nan begitu segar tiba menyingsing, menyilaukan mata membangkitkan ku dari tidur, hari ini ku ingin pergi menikmati hari libur pertama berjalan di pagi hari yang begitu segar bersama kakek yang sebelumnya mengajajkku tuk pergi berkeliling, tempatnya begitu indah di area perbukitan yang di tumbuhi pepohonan pinus nan menghijau, membuka kaca mata batin ku melihat dunia yang begitu  luas di bawah sana. Banyak yang harus ku lakukan kedepannya setelah ini.
Sepetinya pembicaraan akan di mulai..
“Shane, ada banyak hal yang ingin ku sampaikan pada mu, tapi kakek rasa kamu pasti akan bisa dan juga akan tahu dengan sendirinya, dan mungkin lebih baik begitu untuk lebih mendewasakan mu nak”
Dengan kata-kata kakek itu seakan memberi banyak kemungkinan dan banyak makna yang terkandung di dalamnya. Ku ingin tetap menikmati suasana ini, kakek pulang lebih dulu dari ku, banyak hal yang ingin ku nikmati di sini. Mengelilingi tempat ini memberikan ketenangan dalam hatiku, memandang sayu dan tak terhalangnya pandangan. Ada lorong yang membuat ku penasaran sebelum melihat ada apa di dalamnya, tapi sepertinya tak begitu menarik tuk di lihat ke dalam sana, meskipun ada sedikit rasa penasaran ku di dalam hati.

****

 Bersambung...